TEKNOLOGI UBIQUITOUS
Pada tahun
1988, Mark Weiser, seorang peneliti senior dari Xerox Palo Alto Research Center
(PARC) yang merupakan “the father
of ubiquitous computing” pada pertama kalinya mempublikasikan
definisi istilah ubiquitous computing
atau disebut juga ubicomp, yang dalam
artikelnya disebutkan sebagai berikut: “Ubiquitous
computing is the method of enhancing computer use by making many computers
available throughout the physical environment, but making them effectively
invisible to the user.”
Pernyataan
diatas mendefinisikan ubicomp sebagai
metode peningkatan penggunaan teknologi komputer yang bertujuan untuk dapat
digunakan dan meningkatkan efektifitas kerja dilingkungan fisik pemakainya
dengan tingkat visibilitas serendah mungkin.
Definisi
dan Konsep
Ubiquitous
Computing (Ubicomp) atau yang
lebih sering disebut Pervasive Computing merupakan
suatu bentuk interaksi manusia-komputer yang menitikberatkan pada kemampuan computing dan komunikasi tetapi
berintegrasi dengan pengguna pada saat yang bersamaan sehingga menjadi “technology that disappears”,
sebuah teknologi yang menghilang dalam arti tidak disadari oleh penggunanya
karena keberadaanya yang tidak terpisahkan dan sudah menyatu dengan kehidupan
sehari-hari.
Ubicomp menyajikan tantangan di dalam ilmu komputer,
dalam desain dan rekayasa sistem, pemodelan sistem dan desain antarmuka
pengguna. Model interaksi manusia-komputer yang kontemporer, seperti command-line, menu-driven, atau
berbasis GUI sudah tidak sesuai dan tidak memadai untuk solusi komputasi
dimana-mana seperti yang diharapkan. Weiser (1996) menjelaskan bahwa ubicomp dapat berwujud
bermacam-macam perangkat yang memiliki sifat natural. Maksudnya adalah pengguna
teknologi yang menggunakan ubicomp
devices tidak akan merasakan bahwa mereka sedang mengakses
komputer. Oleh karena itu, Weiser mengusulkan tiga bentuk dasar untuk perangkat
sistem ubicomp, sejenis smartphone : tab, pad dan board.
- Tab: dapat dipakai pada perangkat
berukuran sentimeter
- Pad: perangkat genggam yang
berukuran desimeter
- Board: perangkat layar interaktif
berukuran meter.
Ketiga
bentuk yang diusulkan oleh Weiser tersebut mempunyai karakter berukuran makro,
memiliki bentuk planar dan menggabungkan tampilan keluaran visual. Dari ketiga
karakteristik tersebut dapat diperluas jangkauannya ke berbagai bentuk yang
jauh lebih beragam dan berpotensi lebih berguna untuk ubicomp devices. Oleh karena itu
Poslad, Stefan (2009) mengusulkan tiga bentuk tambahan, antara lain:
- Dust: perangkat miniatur yang
dapat menampilkan visual tanpa display, misalnya, Micro Sistem Electro-Mechanical
(MEMS), ukurannya dari nanometer hingga mikrometer.
- Skin: Berbasiskan lapisan yang
memancarkan cahaya dan polimer konduktif, perangkat komputer organik,
dapat dibentuk menjadi permukaan layar non-planar dan produk-produk yang
lebih fleksibel seperti pakaian dan tirai.
- Clay: MEMS lunak yang dapat
dibentuk menjadi bentuk yang berubah-ubah dalam tiga dimensi sebagai
artefak yang menyerupai berbagai macam objek fisik.
Aplikasi
dari pervasive computing meliputi
berbagai aspek dari kehidupan sehari-hari (rumah, transportasi, kesehatan,
pendidikan, personal, dan lain-lain). Pada saat ini pervasive
computing merupakan salah satu topik penelitian terpopuler di
dunia. Banyak institusi pendidikan, penelitian dan perusahaan besar di dunia
memiliki pusat penelitian dan proyek penelitian pervasive
computing, sebagai contoh: Proyek Oxygen dari Massachusetts
Institute of Technology (MIT), Microsoft Easyliving, The Aware House dari
Georgia Institute of Technology, pervasive
computing dengan smartphone oleh Nokia Research Center, dan
lain-lain.
Menurut Kompasiana.com, Ada 4 (empat)
bidang yang berkembang secara konvergen dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), yang menyebabkan ubicomp
mungkin diimplementasikan, antara lain:
- Micro
Devices,
perangkat komputer yang sangat kecil memungkinkan komputer diletakan pada
obyek sehari-hari (seperti mug, kursi dan pakaian) tanpa terlihat.
- Connectivity,
perangkat-perangkat
yang digunakan dan tersebar saling berkomunikasi satu dengan lainnya dan
terhubung ke jaringan global dengan menggunakan teknologi jaringan kabel
(ADSL atau Ethernet) maupun teknologi jaringan nirkabel (WiFi, Bluetooth,
HSDPA, atau lainnya). Memungkinkan ubicomp
terdapat dimana-mana.
- User
Interfaces,
merupakan titik kontak antara manusia dengan Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
- Radio
Frequency Identification (RFID), adalah teknologi identifikasi otomatis tanpa memerlukan
kontak (nirkabel) dan tidak memerlukan catu daya untuk berbagai obyek
(seperti: hewan, tumbuhan, produk, lokasi, manusia, layanan mobile, dan
lain-lain) yang telah digunakan pada berbagai aplikasi dalam skala luas.
Dengan
kemajuan teknologi user interface (speech recognition, text to speech)
serta telekomunikasi wireless,
perangkat-perangkat komputer di masa depan akan semakin pervasive dengan usernya.
Tanpa disadari, di Indonesia hal ini sudah banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, seperti misalnya penggunaan telepon selular (smartphone) yang sudah
terintegrasi beberapa fitur teknologi seperti Internet,
GPS, Video Call bahkan sudah tersedia fitur speech recognition (seperti SIRI
dalam iPhone seri 4s dan setelahnya) yang sudah dapat berkomunikasi dengan
penggunanya.
muhammad amiruddin bin mohd mohtar, perkongsian yang sangat menarik dan sangat sesuai diaplikasikan oleh guru2
ReplyDeleteSiti Sarah binti Saufe, pengetahuan yang sangat menarik
ReplyDeleteassalamualaikum, saya Siti Khalilah bt Salleh. entri yang dimuatkan penuh dengan input yang sangat berguna.
ReplyDeleteSuzana Binti Abdu Wahab, perkongsian yang sangat menarik dan berguna terutamanya pada zaman serba canggih ini.
ReplyDeleteNur iman syafiah binti mohd ali. Entri yang dimuatkan menyediakan ilmu dan pengetahuan baru kepada pembaca
ReplyDeleteCik Bee Ent.
ReplyDeleteSlogan : Jangan fikir beli je !
https://cikbeeent.blogspot.com/2019/06/magical-honey.html?m=1